Suatu hari aku bertemu dengan orang gila (Al-majnuni Murokab) tak jauh dari makam seorang wali, Dia duk bercakap seperti sedang berbicara dengan seseorang, dia berbicara seperti ini:

Aku yang dengar percakapannya terkejut dan tergumam "hahhh??? Betulkah ada wali tanpa nama tanpa gelaran yang kemampuannya seperti Wali Qutub ? Siapakah wali tersebut?" persoalan ini berlegar di mindaku. Dengan sedikit rasa takut dan was-was aku dekati dia kerana ingin tahu siapa sebenarnya wali tanpa nama tanpa gelaran yang disebutkan? lalu terjadi dialog aku antara orang gila itu :
Aku : Maaf bang tadi saya dengar abang ada bercakap panjang lebar dan berbicara tentang wali tanpa nama tanpa gelaran, siapakah sebenarnya wali tersebut bang? Mengapa sedemikian hebatnya wali tanpa nama tanpa gelaran tersebut hingga kemampuan dan darjatnya hampir menyamai Wali Qutub ?
Orang gila tersebut menoleh kearahku lalu berkata : " Kamu siapa? kamu mencuri dengar perbualan ku ya? Apa pentingnya kamu perlu tahu tentang wali tanpa nama dan tanpa gelaran?"

Orang gila itu tertawa terbahak-bahak dan berkata: "HA HA HA HA HA HAA ..... dasar budak bodoh! Namanya juga wali tanpa nama tanpa gelaran, Tentu saja aku tidak tahu nama wali tersebut dan apa gelaran kewaliannya, kamu ini nampak saja cerdik tapi ternyata bodoh ! , HA HA HA HA HA"
Perucapannya menusuk hatiku dan membuatku sedikit rasa terkilan kerana dia menyebut aku anak bodoh sambil ketawa besar, Wajahku merah padam menahan sedikit emosi, Sepertinya aku tersalah sangka. Ku kira orang gila tersebut orang yang boleh diajak berbual, tapi sebaliknya dia mengatakan aku budak bodoh, Tapi aku memang bodoh pun. Haha, betullah dia cakap namanya juga wali tanpa nama tanpa gelaran jadi mana ada orang yang tahu nama wali tersebut? Siapa yang tahu gelaran wali tersebut sedangkan wali tersebut tanpa gelaran? Ahh! sudahlah sebaiknya aku abaikan saja dia, aku pun terus memusingkan badan dan menoleh mukaku dengan wajah masam hendak meninggalkan orang gila tersebut,
Tiba-tiba dia berkata, " Hai budak bodoh mahu ke mana kalian? Kalian ini bagaimana? Datang pun tidak mengucapkan salam. Malah pergi begitu saja tanpa mengucapkan salam. Baru diejek begitu saja sudah bermuka masam dan emosi, apakah mursyidmu yang seorang wali qutub tidak mengajarkanmu untuk mengucapkan salam saat datang dan pergi? Apakah mursyidmu yang seorang wali tidak mengajarkanmu untuk bersabar menahan celaan dan hinaan?"

Kemudian aku kembali menghampirinya dan berkata, " Assalammu' alaikum bang mohon maaf bang atas kelancangan dan sikap saya kerana datang dan pergi tanpa mengucapkan salam. Sekali lagi saya mohon maaf" (sambil mencuba memegang tangannya untuk menyalam dan mencium tangannya). Orang gila itu menepis tanganku seraya berkata "Sudah! cukup minta maaf saja, Tak perlu cium tangan bagai"
Aku jadi serba salah, Tiba-tiba suasana menjadi senyap sejenak beberapa minit, aku diam dan dia pun diam. Setelah beberapa minit, Lalu dia pun berkata, "Kenapa kamu masih disini?"
"Errr tidak ada apa bang. Saya masih tertanya tanya dan ingin tahu siapakah wali tanpa nama dan tanpa gelaran yang dimaksudkan?
Orang gila itu lantas bertanya, "Kamu ini tak faham faham juga, sudah berapa lama kamu belajar tassawwuf pada gurumu?"
Aku menjawab "sudah hampir 7 tahun, bang"
Lalu orang gila itu berkata sambil menepuk pahanya. " Sudah 7 tahun? Takkan masih tidak tahu wali tanpa nama dan tanpa gelaran , Apakah mungkin gurumu tidak memberitahu mu?"
Aku menjawab, "saya sering membaca dan mendengar khutbah dari guru saya bang. Tapi saya belum tahu dan belum pernah dengar ada wali tanpa nama dan tanpa gelaran, dan guru saya pun tidak pernah menyebutkan siapa wali tersebut"
Orang gila itu tertawa (Hahaha) lalu berkata, "Sebenarnya gurumu ada menyebutkannya. Bahkan berulang-ulang kali menyebutkannya. hanya saja kamu yang tak faham-faham dengan maksud gurumu. Lagi pula sebutannya wali tanpa nama dan tanpa gelaran, jelas gurumu tidak tahu nama wali tersebut dan tidak tahu gelaran wali tersebut. Tapi kamu sendiri tahu siapa wali tersebut, bahkan wali tersebut begitu dekat denganmu"
Orang gila itu tertawa kecil "He..he..he ... Wali tanpa nama dan tanpa gelaran itu adalah orang tuamu sendiri. Nah sekarang aku tanya kamu... sememangnya aku kenal siapa nama orang tuamu dan gelaran bagi orang tuamu? Tentu aku tak tahu"
Aku jadi bertambah bingung dan semakin tertanya-tanya, " Orang tuaku? maksud abang kedua orang tua ku adalah wali tanpa nama dan tanpa gelaran? Mengapa pula begitu ?"
"Uwais al Qarni pernah berkata bahwa ibunya pernah berkata dan mendo'akannya "anakku Uwais, aku tahu hatimu begitu sangat mencintai dan menginginkan dapat bertemu NABI MUHAMMAD Sallahu Alayhi Wa'sallam. Namun kini kau datang padaku dengan wajah dirundung sedih kerana tak berhasil menemui RASULULLAH Sallahu Alayhi Wasallam dan kau memilih segera pulang kerana memikirkan dan merisaukan aku ibumu ini nak, dan aku redha padamu, YA ALLAH kau MAHA TAHU, saksikanlah bahwa sesungguhnya aku telah redha pada anakku, Maka terimalah redhaku ya ALLAH dan redhailah anakku Uwais",
Orang Gila itu berkata lagi, "Dan apa kau tidak kau tahu bahwa Sulthonul AWLIYA SYEIKH ABDUL QADIR JAILANI, di masa kecilnya ketika dirompak malah berkata jujur tentang kantung emas yang ia bawa, perompak itu kehairanan mengapa dia malah jujur mengatakan kantung emas yang dibawanya, padahal setiap orang yang kena rompak selalu berbohong tentang bawaannya dan berusaha menyembunyikannya dari perompak. Lalu kau tahu apa kata SYEIKH ABDUL QADIR JAILANI? Beliau berkata "Ketika aku hendak pergi menuntut ilmu, ibuku berpesan "anakku .. bila engkau bertemu dengan siapapun maka jujurlah jangan berbohong, sungguh ibu lebih redha bila engkau jujur, sekalipun engkau harus kehilangan harta dan bekalanmu daripada kau harus kehilangan kejujuranmu".
Orang gila itu teruskan berkata kepadaku, "Lihatlah ibumu, berapa lama dia menanggung dirimu dalam perutnya? Apakah kau sanggup menahan perit dan pedih seperti dirinya hanya untuk menginginkan kau lahir di dunia hingga bertarung nyawa agar kau dilahirkan sihat dan selamat?? Apakah kau pernah memikirkan hal ini ?? Itu kekuatan ALLAH SWT yang dianugerahkan kepada ibumu melalui RAHMAN dan RAHIM NYA, ini adalah sumber kekuatan para AWLIYA"
Aku diam seribu bahasa, terasa hati ini ingin menangis sekuat kuatnya. Lalu orang gila itu berkata lagi, "KAU BANGGA DAN TAKJUB DENGAN KAROMAH PARA WALI TAPI, PERNAHKAH KAU BANGGAKAN DAN TAKJUB DENGAN KAROMAH IBUMU YANG ALLAH SWT anugerahkan kepadamu? PERNAHKAH KAU BANGGA DAN TAKJUB DENGAN KAROMAH IBU YANG MENGAJARKAN BERKATA-KATA KETIKA KAMU MASIH BAYI?" Tidurnya sedikit kerana kau selalu menangis, Sebagaimana para AWLIYA yang tidurnya sedikit kerana memikirkan ummat NABI MUHAMMAD SAW yang banyak berkeluh kesah. Apakah kau tidak tahu kalau itu adalah bukti karomah ibumu?, tidakkah kau pernah mendengar kalimat ini...
"Redha orang tua adalah redhanya ALLAH. Para awliya mereka menjadi Wali Qutub disebabkan redha dari orang tua mereka, Tidakkah kau sedar bahwa do'a dan harapan kedua orang tuamu hampir setara dengan Wali Qutub ?" Siapa Doanya Lebih makbul dan mustajab antara wali dan doa seorang Ibu kepada anaknya?"
Astaghfirullah al'azim..... Ya Allah . mendengar celotehan orang gila tersebut seakan petir menyambar seluruh tubuhku, badanku rasanya hancur binasa ... ingin sekali aku rasanya menangis sekuat-kuatnya ...
Ya Rabb , aku seperti hancur-lebur mendengar lotehan orang gila tersebut, bahkan ternyata selama ini aku yang gila bukan dia, aku melupakan siapa sesungguhnya orang tuaku sendiri, aku melupakan semua yang mereka beri padaku, bahkan aku sering takjub akan pesona dan karomah wali tapi aku tak pernah sedar dengan orang tuaku sendiri yang merupakan wali tanpa nama dan tanpa gelaran kewalian.
Sesaat kemudian orang gila itu berlalu meninggalkanku tanpa sepatah katapun .... aku mengikuti dia dari belakang ingin tahu ke mana dia pergi ... Dan dia mendatangi 2 kubur, dan dia duduk bersila di sana .... mulutnya kumat-kamit seperti orang yang berdialog lalu kemudian dia tertawa terbahak-bahak sambil senyum di hadapan 2 kuburan itu, tapi aku tak tahu kuburan siapakah itu namun aku berhusnudzon mungkin itu kuburan seorang wali besar, kerana dari celotehan orang gila itu sepertinya dia tahu benar tentang wali, jadi aku fikir itu kuburan seorang wali ....

Kini aku baru faham mengapa orang-orang mulai menganggap dia gila, sebab dia sering tertawa, menangis meraung, dan bercakap-cakap sendiri di kuburan ... seandainya aku jadi dia boleh jadi aku akan sama dengannya menjadi gila kerana ditinggalkan pergi oleh kedua orang paling yang disayangi ...kita tidak tahu apa yang dilaluinya.
Aku membalikkan badanku dan beransur pergi ... bergegas ingin pulang ke rumah untuk menemui kedua orang tuaku yang masih hidup. Alhamdulillah aku merasa beruntung masih memiliki wali tanpa nama tanpa gelaran yang masih ada di depanku... Sepanjang jalan aku berdoa kepada Allah : "robbighfirlii waliwaalidayya warhamhuma kamaa robbayaanii shogiroo..
" Sayangilah Ayah Dan Ibu Kalian Sementara Allah Masih Meminjamkan Pada Kalian."
0 zmn org suka mengomen:
Catat Ulasan