“SEHARUSNYA kesibukan seorang Mukmin itu dengan berzikir mengingati Allah, kembali kepada-Nya, mengingati dosa-dosanya, memohon ampunan-Nya, dan mencela nafsunya sendiri. Ketika selesai mengerjakan semua itu, ia akan kembali kepada qada dan qadar Tuhannya. Lalu ia berkata,
”Ini adalah qada dan qadar-Nya. Dan, ini sudah ditetapkan Allah untukku.” Dia akan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah di dalam kalbunya, bukan lisannya saja. Ketika berada dalam keadaan seperti ini dengan kedua-dua mata tertutup, ia akan mendapati dinding itu hilang. Pada saat ia membuka kedua-dua matanya, pintu dinding itu terbuka, segala bahaya berubah menjadi nikmat, tempat yang sempit menjadi lapang, kesakitan menjadi keselamatan, dan kehancuran menjadi istana.
Semua itu menjadi bukti kebenaran firman Allah SWT,
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah, nescaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka..”
- (QS Ath-Thalaq [65]: 2-3).
Seorang hamba akan tetap menerima nikmat dengan rasa syukur, menerima ujian dengan sikap reda, mengakui segala salah dan dosa, serta mencela diri sendiri sampai langkah kalbunya berakhir kepada Rabb-nya. Dia terus melangkah dengan dengan amal kebaikan dan taubat daripads segala kesalahan, sampai ia mencapai pintu Rabb-nya; mensyukuri nikmat-Nya dan bersabar menghadapi ujian sampai ia mencapai pintu Rabb-nya.
Jika telah sampai di sana, dia akan melihat sesuatu yang belum pernah dilihat mata, tak pernah didengar telinga, dan tak pernah terlintas dalam akal manusia. Jika kalbu seorang hamba sampai kepada Rabb-nya, maka taubat, syukur, sabar, amal baik, lelah dan rasa sakit akan sampai kepada-Nya. Seperti seorang musafir yang telah berhenti di tempat tujuan dan rumahnya kembali hingga yang tersisa adalah mujalasah, mujanasah, musyahadah, muhadatsah dan melihat segala rahsia.”
-- Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani dalam Kitab Jala’ Al-Khathir.
0 zmn org suka mengomen:
Catat Ulasan