SYEIKH Abdul Qadir Al-Jailani menulis surat kepada sahabatnya, sebagai nasihat bagi perjalanan jiwanya:
Ketika kilatan-kilatan cahaya musyahadah memancar dari awan-awan gambaran peribadinya yang menegaskan bahawa Allah memandu menuju cahaya-Nya siapa saja yang Dia kehendaki...
Ketika angin penyatuan cinta berhembus daripada pusaran angin kasih sayang, yang di sana Dia memilih dengan rahmat-Nya siapa saja yang Dia kehendaki, pohon dan bunga-bunga muraqabah serta kemesraan akan tumbuh subur dan mekar di taman hati.
Burung-burung Bulbul kerinduan bersenandung di antara bunga-bunga di taman-taman yang indah dengan nada-nada sendu seperti kerinduan Ya'kub kepada Yusuf --- Duhai, dukacitaku untuk Yusuf....
Gejolak api kerinduan akan bergelora di tungku-tungku hati yang paling dalam. Sayap-sayap fikiran tak bergerak kehilangan daya di depan keagungan dalam perjalanannya menuju akhir tujuan.
Fikiran-fikiran cemerlang pun akan tersesat arah di padang sahara pengetahuan rohani. Pilar-pilar logika bergoncang dihentam ketakjuban dan keagungan.
Dan, bahtera itu terus berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Lalu datang gelombang cinta yang terus membara, bersumber daripada hubungan penuh cinta -- Dia mencintai mereka dan mereka mencintai-Nya.
Kedua gelombang itu saling berantakan hingga setiap orang berseru dengan lisan rohani,
"Ya Rabb...Tempatkanlah aku di tempat yang diberkahi dan Engkau adalah sebaik-baik yang memberi tempat." Hingga mereka mendapat curahan rahmat dari pads Sang Maha Cinta.
Celakalah kalian!
Kalian mengaku cinta kepada Allah, tetapi kalian membuka hati kalian untuk yang lain!"
-- Dikutip daripada Khamsa 'Asyar Maktuban lil-Jailani, karya Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani.
0 zmn org suka mengomen:
Catat Ulasan