Mengenai Hadiah Bacaan Quran utk Mayit ;
ูุฅู ููู : ููุฐุง ูู ููู ู ุนุฑًููุง ูู ุงูุณูู، ููุง ูู ูู ูููู ุนู ูุงุญุฏ ู ููู ู ุน ุดุฏุฉ ุญุฑุตูู ุนูู ุงูุฎูุฑ، ููุง ุฃุฑุดุฏูู ุงููุจู ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู ، ููุฏ ุฃุฑุดุฏูู ุฅูู ุงูุฏุนุงุก، ูุงูุงุณุชุบูุงุฑ، ูุงูุตุฏูุฉ، ูุงูุญุฌ، ูุงูุตูุงู ؛ ููู ูุงู ุซูุงุจ ุงููุฑุงุกุฉ ูุตู ูุฃุฑุดุฏูู ุฅููู، ูููุงููุง ููุนูููู.
Jika ada yang bertanya:
“Amalan kirim pahala bacaan Quran kepada mayat itu tidak dikenal di kalangan Salaf. Tidak ada orang yang bisa menukil keberadaan amalan seperti itu dari satu orang Salaf saja, sementara para Salaf itu sangat kuat perhatiannya dengan amalan yang baik. Dan Nabi pun tidak pernah mengajarkan pada para Salaf tentang amalan kirim pahala bacaan Quran, sementara Nabi jelas pernah mengajarkan pada mereka tentang mendoakan dan memohon ampunan untuk orang mati, bersedekah, menghajikan dan berpuasa untuk orang mati. JADI, KALAU MEMANG KIRIM PAHALA BACAAN QURAN ITU SAMPAI KEPADA MAYAT, MAKA OTOMATIS NABI TELAH MENGAJARKANNYA, DAN MEREKA PUN TENTU MELAKUKANNYA”.
Beliau (Ibnu Qoyyim) ternyata menjawab dengan jawaban seperti berikut ini:
ูุงูุฌูุงุจ : ุฃู ู ูุฑุฏ ูุฐุง ุงูุณุคุงู ุฅู ูุงู ู ุนุชุฑًูุง ุจูุตูู ุซูุงุจ ุงูุญุฌ، ูุงูุตูุงู ، ูุงูุฏุนุงุก، ูุงูุงุณุชุบูุงุฑ، ููู ูู : ู ุง ูุฐู ุงูุฎุงุตูุฉ ุงูุชู ู ูุนุช ูุตูู ุซูุงุจ ุงููุฑุขู، ูุงูุชุถุช ูุตูู ุซูุงุจ ูุฐู ุงูุฃุนู ุงู ؟ ููู ูุฐุง ุฅูุง ุชูุฑูู ุจูู ุงูู ุชู ุงุซูุงุช ؟
Jawabannya;
“Jika si penanya dengan pertanyaan semacam ini mengakui kiriman pahala haji, puasa, doa dan istighfar itu bisa sampai kepada mayat, maka pertanyaan yang harus dijawab adalah, apa penyebab khusus yang membuat kiriman pahala bacaan Quran tidak sampai, sedangkan kiriman pahala ibadah selain itu justru bisa sampai? Bukankah ini hanya sekedar membeda-bedakan antara perkara-perkara yang serupa?”.
ูุฅู ูู ูุนุชุฑู ุจูุตูู ุชูู ุงูุฃุดูุงุก ุฅูู ุงูู ูุช، ููู ู ุญุฌูุฌ ุจุงููุชุงุจ ูุงูุณูุฉ ูุงูุฅุฌู ุงุน ูููุงุนุฏ ุงูุดุฑุน.
“Tapi kalau si penanya itu tidak mengakui kiriman pahala semua amal ibadah tadi itu bisa sampai, maka orang seperti ini bisa ditundukkan terkait hal ini dengan merujuk pada dalil Quran, Sunnah, Ijmak dan kaidah-kaidah Syariat”.
Lalu, Ibnul Qayyim menjelaskan kenapa amalan kirim pahala bacaan Quran itu tidak terlacak di kalangan salaf?. Beliau mengatakan:
ูุฃู ุง ุงูุณุจุจ ุงูุฐู ูุฃุฌูู [ ูุง ] ูุธูุฑ ุฐูู ูู ุงูุณูู، ููู ุฃููู ูู ููู ููู ุฃููุงู ุนูู ู ู ููุฑุฃ ูููุฏู ุฅูู ุงูู ูุชู، ููุง ูุงููุง ูุนุฑููู ุฐูู ุฃูุจุชุฉ، ููุง ูุงููุง ููุตุฏูู ุงููุจุฑ ูููุฑุงุกุฉ ุนูุฏู ูู ุง ููุนูู ุงููุงุณ ุงูููู ، ููุง ูุงู ุฃุญุฏูู ูุดูุฏ ู ู ุญุถุฑู ู ู ุงููุงุณ ุนูู ุฃู ุซูุงุจ ูุฐู ุงููุฑุงุกุฉ ูููุงู ุงูู ูุช، ููุง ุซูุงุจ ูุฐู ุงูุตุฏูุฉ ูุงูุตูู .
“Penyebab amalan kirim pahala bacaan Quran itu tidak nampak di masa salaf adalah, karena mereka tidak memiliki harta wakaf untuk diberikan pada orang yang baca Quran dan menghadiahkannya kepada orang-orang yang telah wafat. Bahkan, salaf samasekali tidak mengenali kegiatan seperti itu. Mereka juga tidak mendatangi kuburan untuk membaca Quran seperti yang dilakukan oleh masyarakat saat ini. Mereka juga tidak pernah memberitahukan pada rekannya, bahwa pahala bacaan Quran-nya saat itu ditujukan untuk mayat si anu, begitu pula dengan pahala ibadah sedekah dan puasanya”.
Ibnul Qayyim menambahkan:
ุซู ููุงู ููุฐุง ุงููุงุฆู : ูู ูููุช ุฃู ุชููู ุนู ูุงุญุฏ ู ู ุงูุณูู ุฃูู ูุงู : ุงูููู ุซูุงุจ ูุฐุง ุงูุตูู ูููุงู، ูุนุฌุฒุช؛ ูุฅู ุงูููู ูุงููุง ุฃุญุฑุต ุดูุฆ ุนูู ูุชู ุงู ุฃุนู ุงู ุงูุจุฑ، ููู ูููููุง ููุดูุฏูุง ุนูู ุงููู ุจุฅูุตุงู ุซูุงุจูุง ุฅูู ุฃู ูุงุชูู .
“Sampaikan pada si penanya, andai anda ditugaskan untuk mencari keterangan dari satu orang salaf saja, yang pernah mengatakan: Ya Allah, pahala puasa saya ini untuk si Anu, maka dijamin anda tidak akan bisa melakukannya. Sebab, Salaf itu sangat suka menyembunyikan amal kebaikannya, sehingga mereka tidak pernah memberitahukan bahwa bahwa pahala amal kebaikannya ditujukan untuk orang-orang yang wafat dari kalangannya”.
Tidak hanya sampai di situ, Ibnul Qayyim kembali mengulangi pertanyaan mereka yang serupa, dengan mengatakan:
ูุฅู ููู : ูุฑุณูู ุงููู ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู ุฃุฑุดุฏูู ุฅูู ุงูุตูู ، ูุงูุตุฏูุฉ، ูุงูุญุฌ؛ ุฏูู ุงููุฑุงุกุฉ.
“Jika ada lagi yang bertanya, tapi kan Rasulullah pernah mengajarkan para sahabat terkait berpuasa, bersedekah, dan berhaji untuk orang yang mati, sedangkan membaca Quran untuk orang mati Rasulullah tidak pernah mengajarkan pada mereka“.
Ibnul Qayyim kembali menjawab:
ููู : ูู ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู [ ูุง] ูุจุชุฏุฆูู ุจุฐูู، ุจู ุฎุฑุฌ ุฐูู ู ูู ู ุฎุฑุฌ ุงูุฌูุงุจ ููู ، ููุฐุง ุณุฃููู ุนู ุงูุญุฌ ุนู ู ูุชู ูุฃุฐู ูู، ููุฐุง ุณุฃูู ุนู ุงูุตูุงู ุนูู ูุฃุฐู ูู، ููุฐุง ุณุฃูู ุนู ุงูุตุฏูุฉ ูุฃุฐู ูู، ููู ูู ูุนูู ู ู ุง ุณูู ุฐูู. ูุฃู ูุฑู ุจูู ูุตูู ุซูุงุจ ุงูุตูู ุงูุฐู ูู ู ุฌุฑุฏ ููุฉ ูุฅู ุณุงู؛ ุจูู ูุตูู ุซูุงุจ ุงููุฑุงุกุฉ ูุงูุฐูุฑ؟!
“Jawabannya, bukan Nabi yang memulai membahas hal itu, melainkan penjelasan Nabi terkait itu merupakan jawaban dari pertanyaan mereka. Ada sahabat bertanya tentang menghajikan keluarganya yang telah wafat, lalu Nabi mengizinkan. Ada pula sahabat bertanya tentang berpuasa untuk orang yang wafat, lalu Nabi lagi-lagi membolehkan. Ada lagi sahabat bertanya tentang bersedekah untuk orang mati, lantas Nabi juga mengizinkan. Dan Nabi samasekali tidak melarang mereka melakukan yang lainnya. Apa sih bedanya, antara sampainya kiriman pahala puasa yang hanya berupa niat dan menahan diri, dengan sampainya kiriman pahala bacaan Quran dan zikir?!”.
Ibnul Qayyim secara tegas lagi mengatakan:
ูุงููุงุฆู ุฅู ุฃุญุฏًุง ู ู ุงูุณูู ูู ููุนู ุฐูู ูุงุฆู ู ุง ูุง ุนูู ูู ูู، ูุฅู ูุฐู ุดูุงุฏุฉ ุนูู ููู ู ุง ูู ูุนูู ู، ูู ุง ูุฏุฑูู ุฃู ุงูุณูู ูุงููุง ููุนููู ุฐูู ููุง ูุดูุฏูู ู ู ุญุถุฑูู ุนููู؟ ุจู ูููู ุงุทูุงุน ุนูุงู ุงูุบููุจ ุนูู ููุงุชูู ูู ูุงุตุฏูู ، ูุง ุณูู ุง ูุงูุชููุธ ุจููุฉ ุงูุฅูุฏุงุก ูุง ูุดุชุฑุท ูู ุง ุชูุฏู .
“Orang yang mengatakan bahwa tidak ada satu pun dari kalangan Salaf yang melakukan pengiriman pahala bacaan Quran, pada hakikatnya dia itu telah mengatakan sesuatu yang tidak diketahuinya. Sebab, ucapan seperti itu menunjukkan bahwa dirinya bersaksi atas sesuatu yang dia sendiri belum ketahui. Bisa jadi, dia tidak tahu bahwa Salaf justru pernah mengirimkan pahala bacaan Quran-nya, tanpa memberitahukan hal itu kepada sesamanya. Padahal, dengan menyampaikan niat dan tujuan kepada Allah saja, itu sudah cukup. Terlebih lagi, melafalkan niat menghadiahkan pahala amal ibadah itu bukanlah sebuah syarat yang mesti dilakukan.
# KESIMPULANNYA:
Jika membacakan doa kepada mayit (orang yg sudah meninggal) saja dibolehkan, apalagi membacakan Quran, tentu lebih baik lagi. Karena bacaan Quran adalah sebaik-baik doa.
Source: Ust. Abu Sufyan Ahmad Fauza:
0 zmn org suka mengomen:
Catat Ulasan