Jumaat, 10 Mei 2019

DALAM kitab Al-Ghunyah Lithalibi Thariq Al-Haqq, Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani mengungkap 10 pantangan yang harus dihindari bagi sufi yang sedang melakukan mujahadah dan muhasabah, yakni:


Pertama, pantang bersumpah demi Allah, terlepas daripada apakah yang dikatakan itu benar atau bohong, baik sengaja atau tidak sengaja. Ketika seseorang telah mengukuhkan prinsip tersebut dalam dirinya dan membiasakan pada lisannya, nescaya ALLAH akan membukakan satu pintu daripadacahaya-cahaya-Nya, meninggikan darjatnya dan dikuatkan tekad dan pandangannya.


Kedua, pantang berbohong baik serius ataupun bercanda. Jika mampu melakukannya, maka ALLAH akan melapangkan dadanya dan menjernihkan pengetahuannya, hingga ia tak lagi mengenal dusta.


Ketiga, pantang menjanjikan sesuatu kepada siapa pun, lalu gagal memenuhinya, meskipun mampu mewujudkannya, kecuali memang ada alasan yang jelas. Lebih baik dia menghilangkan kebiasaan janji-janji. Jika mampu melakukannya, ALLAH akan membukakan pintu kemudahan dan darjat malu, dan memberi kasih sayang di tengah-tengah orang-orang jujur, serta menaikkan darjatnya di sisi ALLAH.

Keempat, pantang mencaci-maki makhluk lain, meskipun makhluk itu seukuran biji sawi atau lebih kecil lagi. Ini adalah akhlak kaum soleh dan siddiqin yang menghasilkan sesuatu yang baik, berupa perlindungan ALLAH di dunia dan darjat tinggi di sisi-NYA di akhirat.

Kelima, pantang mencaci-maki atau mendoakan hal-hal buruk kepada seseorang, meskipun orang itu zalim . Ia harus memaafkan orang itu kerana ALLAH, dan tidak membalas balik dengan ucapan ataupun perbuatan. Jika mampu melakukan itu, ALLAH akan memberi kedudukan terhormat di dunia dan akhirat, meraih cinta kasih segenap makhluk, baik jauh atau dekat, serta akan dikabulkan doanya.

Keenam, pantang menyebut musyrik, kafir, dan munafik kepada Ahli Kiblah (Muslim). Laku ini akan menjauhkan daripada murka ALLAH dan mendekatkan kepada reda dan kasih sayang ALLAH. Menjadi pintu mulia menuju ALLAH yang membuat si hamba dikasihi oleh segenap makhluk.


Ketujuh, pantang berfikir dan berangan-angan melakukan kemaksiatan, lahir dan batin, serta mencegah anggota tubuhnya daripada hal itu. Ini adalah amalan yang paling cepat mendapat pahala bagi kalbu mahupun fisikal di dunia, di samping pahala di akhirat.


Kelapan, pantang menggantungkan biaya hidupnya kepada siapa pun, baik dalam jumlah sedikit atau banyak, pada saat memerlukan ataupun tidak. Sikap semacam ini akan melengkapi kemuliaan ibadah dan kehormatan ahli takwa, dan ini adalah pintu terdekat pada keikhlasan.


Kesembilan, pantang bersikap tamak terhadap apa yang dimiliki manusia. Ini adalah kemuliaan terbesar, kekayaan sesungguhnya, kekuasaan agung, kebesaran yang luhur, keyakinan yang benar, dan kepasrahan yang tepat. Ia merupakan satu pintu keyakinan kepada ALLAH dan pintu zuhud yang menghantarkannya pada warak.


Kesepuluh, pantang bersikap takabur dan harus selalu tawaduk. Sikap rendah hati ini akan menguatkan posisi hamba, meningkatkan darjatnya, menyempurnakan kemuliaannya di sisi ALLAH dan makhluk-NYA. Lakuan ini adalah dasar dan penyempurnaan seluruh ketaatan. Dan, menjadi tujuan mulia kaum zuhud ahli ibadah.

--- Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitab Al-Ghunyah Lithalibi Thariq Al-Haqq.

0 zmn org suka mengomen:

TeRhAnGaT

get this widget here

nyinggoh borok ngekek

mai la slalu

Blog Archive

TerHangiTTT

SuaM KukU

tutorial kongsi panduan untuk beginner easy rider

sharing is caring bio sampei garing  utk sapa yg nak join geng kangkang@ketiak nampak